tag:blogger.com,1999:blog-92131200490463787512024-03-08T15:07:22.421-08:00sahabatalamsahabat alamhttp://www.blogger.com/profile/15589772883301140475noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-9213120049046378751.post-26465421969570157932009-10-28T23:58:00.001-07:002009-10-29T01:31:24.339-07:00Sumpah Pemuda di Era Globalisasi<div style="text-align: center;">SUMPAH PEMUDA DI ERA GLOBALISASI<br /></div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;">Pada zaman globalisasi ada proses penyatuan di mana terjalin tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.Tak dapat dibendung, arus globalisasi membawa dampak positif dan negatif. <span style="" lang="NO-BOK">Sisi positifnya kita tidak akan ketinggalan dan mendapat banyak manfaat dalam berbagai hal. Dampak negatifnya kita akan tersingkir jika tidak mampu bersaing dan ”wilayah-wilayah” nasionalisme kita akan terkikis karena berbagai kepentingan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="" lang="NO-BOK">Sekitar 81 tahun yang lalu tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, masyarakat kita hanya mengenal beberapa negara dengan berbagai budaya dan peradaban yang masih sederhana, namun memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perjuangan bagi bangsa yang tertindas. Para pemuda kita yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia mengadakan kongres dengan rapat pertama tanggal 27 Oktober 1928, dan yang kedua tanggal 28 Oktober 1928 Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomo dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="" lang="NO-BOK">Pada rapat penutup, di gedung <i>Indonesische Clubgebouw</i> di Jalan Kramat Raya 106, </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunario" title="Sunario"><span style="" lang="NO-BOK">Sunario</span></a><span style="" lang="NO-BOK"> menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "</span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya" title="Indonesia Raya"><span style="" lang="NO-BOK">Indonesia Raya</span></a><span style="" lang="NO-BOK">" karya </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wage_Rudolf_Supratman" title="Wage Rudolf Supratman"><span style="" lang="NO-BOK">Wage Rudolf Supratman</span></a><span style="" lang="NO-BOK"> yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. </span>Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;">Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jong_Java&action=edit&redlink=1" title="Jong Java (halaman belum tersedia)">Jong Java</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jong_Ambon&action=edit&redlink=1" title="Jong Ambon (halaman belum tersedia)">Jong Ambon</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jong_Celebes&action=edit&redlink=1" title="Jong Celebes (halaman belum tersedia)">Jong Celebes</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jong_Batak&action=edit&redlink=1" title="Jong Batak (halaman belum tersedia)">Jong Batak</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jong_Sumatranen_Bond" title="Jong Sumatranen Bond">Jong Sumatranen Bond</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jong_Islamieten_Bond&action=edit&redlink=1" title="Jong Islamieten Bond (halaman belum tersedia)">Jong Islamieten Bond</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PPPI&action=edit&redlink=1" title="PPPI (halaman belum tersedia)">PPPI</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemuda_Kaum_Betawi&action=edit&redlink=1" title="Pemuda Kaum Betawi (halaman belum tersedia)">Pemuda Kaum Betawi</a>, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa" title="Tionghoa">Tionghoa</a> sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kwee_Thiam_Hong&action=edit&redlink=1" title="Kwee Thiam Hong (halaman belum tersedia)">Kwee Thiam Hong</a> sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/AR_Baswedan" title="AR Baswedan">AR Baswedan</a> pemuda keturunan arab di <st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region> mengadakan kongres di <st1:city st="on"><st1:place st="on">Semarang</st1:place></st1:City> dan mengumandangkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_pemuda_keturunan_arab" title="Sumpah pemuda keturunan arab">Sumpah pemuda keturunan arab</a>. (wikipedia)</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;">Sekarang bagaimana dengan para pemuda kita di Era Globalisasi, masih hapalkah atau yang sederhananya masih ingatkah dengan tiga isi Sumpah Pemuda? <span style="" lang="NO-BOK">Mari kita simak dan apa yang terjadi dengan pemuda kita saat ini:<br /><b>1. </b></span><b>Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air <span style=""> </span><o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=""> </span><st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region></b>.</p> <p class="MsoNormal"><span style=""> </span>Sempat terjadi pertumpahan darah diberbagai daerah, dan beberapa tanah air terlepas </p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>serta memisahkan diri karena beberapa keadaan yang sulit ditambah dengan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>pengetahuan terhadap tapal batas yang kurang jelas. Ketika diusik negara lain, muncul <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>semacam semangat nasionalisme namun kadang dangkal dalam memahami.<br /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><br /><b>2.Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=""> </span><st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=""> </span></b>Pemuda kita mengakui berbangsa satu, baik yang berada di dalam maupun di luar </p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>negeri, namun buat sebagian cenderung bangga dengan bangsa lain dan meremehkan <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>negeri sendiri, berdalih kualitas lalu membiarkan saja apa adanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><br /><b>3.Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=""> </span><st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=""> </span></b>Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan, dalam penulisan karya ilmiah dan karya </p> <p class="MsoNormal"><span style=""> </span>sastra masih dipertahankan kaidah-kaidahnya, namun cenderung menggunakan kata </p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>asing karena sulit mencari padanan kata, sementara itu pada karya sastra masih banyak <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>terdapat kata dan bahasa “gaul” karena pertimbangan pasar dan selera konsumen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>Penulisan <span style=""> </span>pada komunikasi seperti pada HP, internet dan sebagainya, bebas tanpa <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>ada batasan, dengan gaya tulisan yang kadang sulit dimengerti, namun berusaha untuk <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span>mengerti. Padahal bangsa asing yang ingin belajar bahasa Indonesia lebih menyukai bahasa <br /></span></p><p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"> Indonesia yang baik dan benar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK">Lalu apakah kita membiarkan saja keadaan ini? Siapa yang bertanggung jawab? Lembaga mana yang wajib membenahinya dengan beberapa aturan? Semua kembali kepada sejauh mana kepedulian kita sebagai bangsa yang berbudaya yang mengantarkan kita kepada keniscayaan menuju Indonesia maju. (Ruslimah. 2009)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span></span></b><span style="" lang="NO-BOK"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="" lang="NO-BOK"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="" lang="NO-BOK"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="NO-BOK"><o:p> </o:p></span></p>sahabat alamhttp://www.blogger.com/profile/15589772883301140475noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9213120049046378751.post-57206914134135668732009-05-03T09:22:00.000-07:002009-05-05T16:01:06.385-07:00Bunga Rampai<div align="justify">Telah banyak peristiwa sejarah dan <span style="font-family:arial;">momentum</span> yang terjadi. Tidak lama kita telah memperingati Hari Kartini, Hari Bumi Sedunia, Hari Buruh, Hari Pendidikan Nasional sehingga menjadi inspirasi bagi penulis untuk membuat blog ini yang insya Allah "Gado-gado" namun tetap bernafaskan pendidikan. Barangkali puisi dapat mewakili tulisan panjang itu.<br /><br />Rabu, 6 Mei 2009</div><br /><strong>LESTARI</strong><br /><br />Bukalah jendela, mata dan hatimu<br />Biarkan membentang duli indah nuranimu<br />Siapa yang peduli masa depanmu<br />Jika kau sendiri mengabaikannya<br /><br />Desah dedaunan, rindu belai kasihmu<br />Jerit insan hutan mohon perlindungan<br />Tuhan bimbing kami dengan cahyamu<br />Agar syukur kami lestari nikmatMu<br /><br />Buatlah bumi tersenyum, dan langitpun ceria<br />Seluruh alam merindumu karena mulya karyamu<br /><br />Bukan di bibir saja, gelora dalam gemamu<br />atau slogan mendunia dalam gerakan sesaat<br />Namun bukti karyamu terwujud dalam nyata<br />Lestarikan Mahakarya Tuhan<br /><br /> <em>(Puisi Ruslimah, Juni 2007)</em><br /><br /><strong>GURU PENGABDI BANGSA</strong><br /><br />Hai semua warga negara Indonesia<br />kita membangun negeri<br />Dengan tugas profesi di segala bidang<br />Semangatlah dalam bekerja<br /><br />Ayo maju, teguh pribadi budaya bangsa<br />Didiklah putra-putrimu<br />di lembaga pendidikan dan pengajaran<br />Arahkan potensi mereka<br /><br />Guru siap mendidik dan mengajar<br />membimbing dan melatih siswa-siswi<br />Terus berjuang membangun bangsa<br />Melestarikan nilai-nilai budaya<br /><br />Terbuka pada kemajuan dunia<br />Pengembang IPTEK dalam iman dan taqwa<br />Berbudi luhur, perekat dan pemersatu bangsa<br /><br /> <em>( Puisi Ruslimah, Agustus 2005 )</em><br /><em></em><br /><strong>TANDA BAKTI</strong><br /><br />Semilir angin berhembus sendu<br />menyapa lembut wajah nan sayu<br />Tegar melangkah di bawah terik mentari<br />di jalan setapak yang tak bertuan<br /><br />Hati tergetar menatap wajahmu<br />terpancar anggun nan berwibawa<br />tergores tanda baktimu di tangan lembut nan tegar<br />setia dampingi negara<br /><br />Tak kan pudar jasa bakti<br />Walau tak dikenang jua<br />Cukuplah tanda baktimu sebagai perlipur lara di hati<br />Cukuplah tanda baktimu dalam berkah dan ridha Ilahi<br /><br /><br /> <em> ( Puisi Ruslimah, Agustus 2005 )</em><br /><em></em><br /><em>Catatan: Ketiga puisi di atas sempat dilagukan oleh siswa dan guru dalam beberapa acara. Khusus untuk Puisi <strong>Lestari </strong> sangat cocok dinyanyikan oleh penyanyi yang punya warna dan karakter suara seperti Aning Katamsi yang ada sentuhan seriosanya, sedangkan <strong>Guru Pengabdi Bangsa </strong>cocok untuk koor atau paduan suara karena bernuansa mars, tetapi bisa untuk solo dengan karakter suara seperti Arman Maulana GiGi dan Ian Kasela Radja yang ada nuansa rocknya. Dan <strong>Tanda Bakti </strong>merupakan ungkapan perasaan seorang guru di desa terpencil dengan segala fasilitas minim tetapi menanggung beban berat pengabdian yang walau telah mencetak beberapa orang-orang sukses di kota, kehidupannya tetap sederhana dan ia tegar, merasa cukup dengan "tanda bakti" walau tak dikenang jua demi meraih berkah dan ridha Ilahi. Ini pas dinyannyikan oleh penyanyi dengan suara mendayu-dayu.</em><br /><em><strong></strong></em><br /><strong></strong>sahabat alamhttp://www.blogger.com/profile/15589772883301140475noreply@blogger.com0